KISAH SEPIRING NASI DAN DUA POTONG TEMPE

Suatu ketika,  rekan kerja   mengungkapkan komentarnya begitu mengetahui bahwa anak saya hanya makan nasi dengan lauk dua potong tempe. Tak ada sayur, tak ada lauk lain, hanya ada dua potong tempe. Ada beragam komentar yang dia berikan, seperti: “Kasihan Bun, kok hanya diberi tempe. Kayak gak ada lauk lain aja”. Bahkan komentarnya berlanjut seperti ini: “Kok seperti orang susah saja”.

Saya berpikir, mungkin begitulah komentar sebagian besar orang jika melihat sesuatu hanya dari satu sisi saja. Faktanya, apa yang saya lakukan ini bukan tanpa alasan. Ada satu poin yang memang ingin saya tekankan di sini: saya ingin punya generasi penerus yang kuat dan tangguh. Lantas, apa hubungan antara generasi yang kuat dan tangguh dengan makan berlauk tempe?

Suatu hal yang lumrah ketika orang tua memiliki kemampuan finansial yang baik, ia pun ingin memberikan hal terbaik juga untuk sang buah hati. Rumah bagus, kamar  nyaman, makan enak di resto, dan berbagai kemudahan fasilitas lain. “Dulu saya pernah hidup susah. Saya tak ingin anak-anak saya hidupnya sama susahnya seperti saya,” begitu mungkin yang terpikir di benak orang tua. Akan tetapi, tipe orang tua jenis ini ternyata telah melupakan satu hal: anak tangguh tidak didapat dari kemudahan fasilitas.

Mengapa orang tua tidak boleh terlalu memanjakan anak dengan berbagai kemudahan dan fasilitas? Karena kita tidak pernah tahu, zaman seperti apa yang akan dihadapi anak-anak kita di masa datang. Bisa jadi kita akan menemui masa-masa sulit yang tak pernah dapat diprediksi kapan datangnya, apalagi mengingat kondisi zaman kita hidup saat ini.

Jadi, bolehlah sesekali orang tua memanjakan anak dengan fasilitas. Misalnya tiap dua minggu sekali anak-anak kita ajak makan di resto, kita belikan mainan yang bagus, tetapi ada kalanya anak dididik dengan kesederhanaan. Sehingga anak akan bisa survive dalam situasi dan kondisi apapun.

Barangkali kisah sepiring nasi dan dua potong tempe ini hanyalah salah satu ikhtiar kecil saya, untuk memiliki generasi penerus yang salih dan tangguh. Rasulullah SAW bersabda; “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, walaupun pada keduanya terdapat kebaikan” (HR. Muslim). Semoga Allah menyelamatkan kita dan anak-anak kita dari beratnya ujian akhir zaman, dan memasukkan kita ke dalam golongan muslim yang tangguh.



Penulis adalah pengajar di Prodi Tadris Bahasa Indonesia
Fakultas Adab dan Bahasa IAIN Surakarta
sekaligus ibu dari dua jagoan
Di terbitkan di Majalah Cahaya Hati edisi 03/V Maret 2020/1441 H

Belum ada Komentar untuk "KISAH SEPIRING NASI DAN DUA POTONG TEMPE"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel